Sabtu, 01 Maret 2014

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA PADA NEONATUS


LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA PADA NEONATUS

1.      Definisi
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli). (DEPKES. 2006).
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang terbanyak dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang neonatus dan balita. (Bennete, 2013).
Pneumonia  pada neonatus bisanya terjadi karena bayi mengalami aspirasi cairan seperti amnion, mekonium dan dan benda- benda dari saluran lahir yang dapat memblokade jalan nafas. Bakteri patogen ditemukan menyertai benda-benda yang teraspirasi dan dapat terjadi pneumonia ( Ralp, 2006)

2.      Etiologi
Penyebab dari pneumonia neonatal adalah hampir sama dengan penyebab pneumonia pada umumnya, yaitu:
a.       Bakteri: Grup B Streptokokus, Stapilokokus Aureus, Stapilokokus Epidermidis, E.Coli, Pseudomonas, Serratia Marcescens, Klebsiella.
b.      Virus: RSV, Adenovirus, Enterovirus, CMV.
c.       Jamur: Candida.
(Supartini, 2004).

3.      Tanda dan Gejala
Gejala klinis tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat berat penyakit Adapun gejala klinis dari pneumonia yaitu :
a.       Tachypnea (laju pernafasan >60 kali/menit).
b.      Penggunaan otot bantu pernapasan.
c.       Pernapasan cuping hidung
d.      Retraksi di subcostal, interkostal, atau situs suprasternal, dapat terjadi.
e.       Terdapat suara tambahan dalam bernafas.
f.       Terjadi sianosis terutama pada bibir
g.      Suhu tidak stabil.
( Leifer, 2007).
4.      Pathofisiologi
Pada kelahiran yang lama dan persalinan yang sukar, bayi sering memulai gerakan pernafasan yang kuat di dalam uterus akibat terganggunya masukan oksigen melalui placenta. Pada keadaan demikian bayi dapat mengaspirasi cairan amnion yang mengandung vernix caseosa, sel epitel, mekonium atau benda-benda dari saluran lahir yang terdapat bakteri pathogen. Apabila materi yang mengandung bakteri pathogen tadi masuk ke saluran pernafasan.
Bakteri penyebab terisap ke paru perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya sebukan sel PMN (polimorfonuklear), fi­brin, eritrosit, cairan edema dan kuman di alveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah. Sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan proses fagositosis yang cepat. Dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag maka terjadi pengerasan dinding paru dan akan terjadi penurunan compliance paru dan suplai O2 akan menurun yang menyebabkan hipoksia dan hiperventilasi. Hipoksia menyebabkan metabolisme anaerob meningkat sehingga akan terjadi akumulasi asam laktat dan terjadi fatigue sehingga akan muncul intoleransi aktivitas. Hiperventilasi akan menyebabkan dispneu sehingga akan terjadi gangguan pola nafas.
Infeksi saluran pernafasan bawah juga dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan eksudart plasma masuk ke alveoli dan akan terjadi ganguan difusi dalam plasma sehingga menimbulkan gangguan pertukaran gas. Selain itu terbentuknya eksudart dalam alveoli juga akan menyebabkan peningkatan produksi sputum dan akan terjadi bersihan jaln nafas tidak efektif. Karena telah terjadi infeksi maka akan terjadi pula peningkatan suhu tubuh sehingga akan terjadi peningkatan metabolisme sehingga efaporasi akan meningkat yang mengakibatkan tubuh kehilangan cairan (Tambayong, 2007).


















5.      Pathway
Mengaspirasi cairan amnion yang mengandung vernix caseosa, sel epitel, mekonium atau benda-benda dari saluran lahir yang membawa bakteri patogen
Peradangan alveolus (parenkim paru
Gangguan perukaran gas
Gangguan difusi dalam plasma
Eksudart plasma masuk alveoli
septikimia
Peningkatan metabolisme
Efaporasi meningkat
Sebukan PMN, fi­brin, eritrosit, cairan edema dan kuman di alveoli
Melalui saluran pernafasan
Akumulasi secret dalam bronkus
Bersihan jalan nafas tidak efeltif
Proliferasi dan penyebaran kuman
Konsolidasi jaringan paru
Dilatasi pembuluh darah
Produksi sputum meningkat
 










deposisi fibrin ke permukaan pleura
            
Sumber : Tambayong, 2007
Hipoksia
Suplai O2 menurun
Hiperventilasi
Dispneu
Metabolisme anaerob meningkat
Gangguan pola nafas
Penuruna compliance paru
peningkatan jumlah sel makrofag
Pengerasan dinding paru
Akumulasim asam laktat
Fatigue
 







6.      Komplikasi
a.      Gagal nafas dan sirkulasi
Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang menderita pneumonia sering kesulitan bernafas,dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk tetap cukup bernafas tanpa bantuan agar tetap hidup.Bantuan pernapasan non-invasiv yang dapat membantu seperti mesin untuk jalan nafas dengan bilevel tekanan positif,dalam kasus lain pemasangan endotracheal tube kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk membantu pernafasan. Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh pencetus akut respiratory distress syndrome(ARDS).Hasil dari gabungan infeksi dan respon inflamasi dalam paru-paru segera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu dengan keras menyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan alveoli,harus membuat ventilasi mekanik yang dibutuhkan (Leifer, 2007).
b.      Syok sepsis dan septik
Merupakan komplikasi potensial dari pneumonia.Sepsis terjadi karena mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem imun melalui sekresi sitokin.Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena bakteri; streptoccocus pneumonia merupakan salah satu penyebabnya.Individu dengan sepsis atau septik membutuhkan unit perawatan intensif di rumah sakit.Mereka membutuhkan cairan infus dan obat-obatan untuk membantu mempertahankan tekanan darah agar tidak turun sampai rendah.Sepsis dapat menyebabkan kerusakan hati,ginjal,dan jantung diantara masalah lain dan sering menyebabkan kematian (Leifer, 2007).
c.       Effusi pleura,empyema dan abces
Ada kalanya,infeksi mikroorganisme pada paru-paru akan menyebabkan bertambahnya(effusi pleura) cairan dalam ruang yang mengelilingi paru(rongga pleura).Jika mikroorganisme itu sendiri ada di rongga pleura,kumpulan cairan ini disebut empyema.Bila cairan pleura ada pada orang dengan pneumonia,cairan ini sering diambil dengan jarum (toracentesis) dan diperiksa,tergantung dari hasil pemeriksaan ini. Perlu pengaliran lengkap dari cairan ini,sering memerlukan selang pada dada.Pada kasus empyema berat perlu tindakan pembedahan.Jika cairan tidak dapat dikeluarkan,mungkin infeksi berlangsung lama,karena antibiotik tiak menembus dengan baik ke dalam rongga pleura. Jarang,bakteri akan menginfeksi bentuk kantong yang berisi cairan yang disebut abses. Abses pada paru biasanya dapat dilihat dengan foto thorax dengan sinar x atau CT scan.Abses-abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering mengandung beberapa tipe bakteri.Biasanya antibiotik cukup untuk pengobatan abses pada paru,tetapi kadang abses harus dikeluarkan oleh ahli bedah atau ahli radiologi (Leifer, 2007).

7.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada neonatus terdiri dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012; Bradley et.al., 2011)
a.       Penatalaksaan Umum
1)      Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit à sampai sesak nafas hilang atau PaO2 pada analisis gas darah ≥ 60 torr.
2)      Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
3)      Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
b.      Penatalaksanaan Khusus
1)      Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik awal.
2)      Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi, atau penderita kelainan jantung
3)      Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinis. Pneumonia ringan à amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka resistensi  penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).



8.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a.       Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) :
Teridentifikasi adanya penyebaran (misal lobus dan bronchial), menunjukkan multiple abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
b.      Pemeriksaan laboratorium:
1)      DL, Serologi, LED: leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat.
2)      Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun, bilirubin biasanya meningkat.
3)      Analisis gas darah dan Pulse oximetry menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan O2.
4)      Pewarnaan Gram/Cultur sputum dan darah: untuk mengetahui oganisme penyebab.
5)      Analisa cairan lambung, bila leukosit (+) menunjukkan adanya inflamasi amnion (risiko pneumonia tinggi).
c.       Pemeriksaan fungsi paru-paru :volume mungkin menurun, tekanan saluran udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia (Bennete, 2013).

9.      Asuhan Keperawatan
a.      Pengkajian
1)      Identitas orang tua
2)      Identitas bayi
·         Tanggal lahir ....  jam….
·         Jenis kelamin ….
·         Kelahiran tunggal / ganda
·         Lahir hidup / mati
·         Ukuran : BB, TB, LK, LD, LLA
·         Apgar score
·         Lama proses persalinan
3)      Riwayat persalinan
·         Persalinan di ….
·         Cara persalinan …. Ditolong oleh …. Atas indikasi …
·         Lama proses persalinan kala I ….
·         Lama proses persalinan kala II ….
·         Perdarahan ….
·         Ketuban pecah jam …. Jumlah …. Cc
·         Warna air ketuban …. Bau …
·         Masalah ….
4)      Pemeriksaan fisik
·         Tanggal …. Jam ….
·         Keadaan umum : lemah, letargis
·          Sistem pernafasan
Nafas cepat, saat bernafas ada retraksi dada, kadang-kadang terjadi dipsnoe. Di saluran nafas terdapat sisa cairan / air ketuban.
·         Sistem kardiovaskuler
Denyut jantung cepat > 120 x / menit, tampak sianosis.
·         Sistem pencernaan
Kadang-kadang dijumpai obstruksi esofagus dan duodenum.
5)      Pemeriksaan penunjang :
·          Laboratorium
·         Laborat darah rutin : d.b.n.
·         Rontgen
Ro thorak : Terlihat bercak infiltrat, gerakan kedua lapang paru kasar, diameter antero posterior tambah dan diafragma mendatar (Suriadi, 2005).





b.      Diagnosa Keperawatan

1)      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
2)       Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.
3)      Pola makan bayi tidak efektif berhubungan dengan kegagalan neurologik.
4)      Resiko kekurangan volume cairan.
5)      Resiko infeksi berhubungan dengan teraspirasi cairan amnion (NANDA, 2012)
c. Rencana Keperawatan ( NANDA NIC NOC, 2012-2014)
No
Diagnosis Keperawatan
Tujuan
Intervensi
1
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
Batasan karakteristik :
-          tachicardi
-          dispnea
-          sianosis
-          nafas cuping hidung
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan tak terjadi kerusakan pertukaran gas.
NOC : - status pernafasan
-  status tanda vital
outcome : kandungan O2dalam darah d.b.n.
NIC :
•) Monitor pernafasan
Intervensi :
-          monitor irama, frekuensi, kedalaman, usaha dalam respirasi.
-          Monitor bunyi dan pola nafas
-          Menjaga kepatenan jalan nafas.
-          Memposisikan pasien dengan tepat dengan tujuan adekuatnya ventilasi
•) Manajemen asam basa
-          monitor status hemodinamik
-          monitor AGD
2
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh mukus.
Batasan karakteristik :
-          dispnea
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas efektif
-          NOC : bersihan jalan nafas /
NIC :
1)      Manajemen jalan nafas
-          buka jalan nafas
      posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi dan mengurangi dispnea
-          sianosis
-          perubahan ritme dan frekuensi
-          pernafasan
-          gelisah
trackeobronkial bersih
Indikator :
-          Rr dbn
-          Suara nafas bersih
-          Tidak ada sianosis

-          auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
-          identifikasi pasien perlunya pemasangan jalan nafas buatan
-          keluarkan sekret dengan suction
-          monitor respirasi dan status oksigen bila memungkinkan
2)      Manajemen suction
-          kaji kebutuhan suction oral / trakeal
-          auskultasi bunyi nafas sebelum dan sesudah suction
-          gunakan selang kateter suction sesuai ukuran
-          gunakan alat-alat proteksi : sarung tangan, masker
-          berikan O2 dengan konsentrasi 100% gunakan respirator atau resusitator manual
-          monitor status oksigen dan kemodinamik sebelum dan sesudah prosedur suction
-          catat tipe dan jumlah sekret
3
Pola makan bayi tidak efektif berhubungan dengan kegagalan neurologik
Batasan karakteristik :
-    tidak mampu dalam menghisap,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan pola makan bayi efektif
NOC : Pola makan bayi efektif
NIC :
•) Enteral tube feeding
-          pasang NGT, OGT
-          monitor ketepatan insersi NGT / OGT
      menelan dan bernafas
-          tidak mampu dalam memulai atau menunjang penghisapan efektif

-          cek peristaltik usus
-          monitor terhadap muntah / distensi abdomen
-          cek residu 4-6 jam sebelum pemberian enteral
•) TPN ( Total Parenteral Nutrisi )
-          pelihara tehnik steril dalam persiapan cairan
-          cek TPN kebenaran cairan nutrisi sesuai order
-          gunakan infus pump
-          monitor intake – output
-          monitor hasil GDS elektrolit, protein
-          timbang berat badan bayi tiap hari
•) Membantu menyusui bayi :
-          monitor reflek hisap bayi
-          ajarkan orangtua untuk menyusui
-          ajarkan orang tua untuk memeras ASI
-          berikan formula bila perlu
4
Resiko kekurangan volume cairan
Faktor esiko :
- obstruksi esofagus dan  duodenum
NOC : keseimbangan cairan setelah dilakukan tindakan ke-perawatan selama … x 24 jam
NIC :
•) Manajemen cairan
-   timbang popok bila diperlukan
diharapkan tak terjadi defisit volume cairan.
Indikator :
-          tanda vital dbn
-          turgor kulit elastis
-     urine output ( + )
-          pertahankan catatan in take dan output
-          monitor status hidrasi( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat )
-          monitor vital sign
-          monitor indikasi retensi / kelebihan cairan ( crackes, edema, asites )
-          monitor masukan makanan  / cairan dan hitung intake kalori harian
-          lakukan terapi iv
-          monitor nutrisi
•) Terapi intra vena
-          verifikasi perintah terapi intra vena
-          pertahanan tehnik aseptik
-          periksa jenis cairan, jumlah, tanggal kadaluarsa,  karakter cairan dan kerusakan kontainer
-          pilih dan persiapkan pompa intra vena
-          pasangkan kontainer dengan tube yang sesuai
-          simpan cairan iv pada suhu ruangan
-          identifikasi apakah pasien mendapatkan obat yang tidak
     cocok dengan pengobatan yang diintruksikan
-          berikan pengobatan iv dan monitor hasilnya
-          monitor kecepatan iv dan area iv selama infusion
-          monitor overload cairan dari reaksi fisik
-          monitor kepatenan iv sebelum pemberian iv
-          ganti canul infus set tiap 48 jam
-          pertahankan dressing
-          lakukan pengecekan area iv secara teratur
-          lakukan perawatan iv secara teratur
-          monitor tanda dan gejala flebitis
5
Resiko infeksi dengan faktor resiko :
-          mengaspirasi cairan amnion
-          prosedur invasif
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan tak terjadi infeksi :
-          vital sign dbn
-          integritas kulit baik
-          integritas mukosa baik
NIC :
•) Kontrol infeksi
-          bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
-          pertahankan tehnik isolasi bagi pasien berpenyakit menular
-          batasi pengunjung bila perlu
-          intruksikan pengunjung selalu cuci tangan sebelum dan sesudah berkunjung
-          gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan
-          cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
-          gunakan baju pelindung dan sarung tangan
-          pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
-          ganti letak iv cateter, dresing sesuai petunjuk umum
-          tingkatkan intake nutrisi
-          berikan tx anti biotik sesuai advis dokter
•) Proteksi infeksi
-          monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
-          saring pengunjung terhadap penyakit menular
-          pertahankan tehnik aseptik pada pasien beresiko
-          beri perawatan kulit pada area aritema
-          inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase
-          dorong masukan nutrisi cairan yang cukup
-          beri tx anti biotik sesuai program dokter.