Rabu, 09 Januari 2013

ASKEP BRONKITIS KRONIS


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
BRONKITIS KRONIS

A.    PENGERTIAN

            Bronkitis kronik adalah inflamasi bronkus terus menerus dan peningkatan progesif pada batuk produktif dan dispnea yang tidak dapat dihubungkan dengan penyebab spesifik yang ditandai oleh produksi mukus berlebihan di saluran nafas bawah selama minimal tiga bulan berturut- turut dalam satu tahun.

B.     ETIOLOGI
1. Rokok
  • Rokok adalah penyeebab utama bronkhitis kronik karena secara patologis rokok berhubungan dengan Hiperplasia kelenjar mokus bronkus dan metaplasia skuamus epital saluran pernafasan
2. Infeksi
  • Infeksi pernafasan saluran pernafasan atas pada penderita bronkitis kronik hampir selalu menyebabkan kerusakan paru bertambah. Eksaserbasi bronkitis kronik di sangka paling sering diawali dengan infeksi virus , yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri yang paling banyak adalah haemophilus influenzae dan streptococcus pnemonia,  Polusi
  • Zat – zat kimia yang dapat menyebabkan bronkitis adalah zat- zat pereduksi seperti O2, zat- zat pengoksidasi sperti N2O, Hidrokarbon, Aldehid, ozon. Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab penyakit tetapi bila ditambah merokok, resiko akan lebih tinggi.
3.Polusi
    • Zat – zat kimia yang dapat menyebabkan bronkitis adalah zat- zat pereduksi seperti O2, zat- zat pengoksidasi sperti N2O, Hidrokarbon, Aldehid, ozon. Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab penyakit tetapi bila ditambah merokok, resiko akan lebih tinggi.

C.    ANATOMI PATOLOGI
Bronkus merupakan suatu strktur yang terdapat didalam mediastinum. Bronkus juga merupakan percabangan dari trakhea yang membentuk bronkus utama kiri dan bronkus utama kanan. Panjangnya kurang lebih 5 cm diameternya 11-19 cm, dan luas penampangannya 3, 2 cm.

D.    PATOFISIOLOGI

Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara yang biasa terdapat di daerah industri. Temuan patologis utama pada bronkritis kronik adalah hipertropi kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltrasi sel-sel radang dan edema mukosa bronkus. Pembentukan mukus yang meningkat mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang di sertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronkhiolus yang kecil sedemikian rupa sehingga bronkhiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.
Polusi udara yang terus-menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekurens karena polusi memperlambat aktivitas silia dan vagositosis sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah.







Pathways

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 
Kerusakan pertukaran gas
 
 


 



























E.     MANIFESTASI KLINIS

  1. Batuk terutama pada pagi hari pada perorok
    • Makin lama batuk makin berat timbul siang maupun malam, penderita terganggu tidurnya. Bila timbul infeksi saluran nafas, batuk- batuk tambah berat dan berkurang bila infeksi hilang.

2. Dahak
  • Sputumnya putih atau mukoid. Bila ada infeksi, sputumnya menjadi purulen atau muko purulen dan kental
3  Sesak.
  • Sesak timbul terutama pada musim dingin dan kemampuan kerja penderita berkurang.sesak nafas bertambah apabila timbul infeksi, kadang- kadang disertai tanda tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap. 
4. Blue Blotter.
  • Pasien ini memperlihatkan gejala berkurangnya dorongan untuk bernafas, mengalami hipoventilasi dan menjadi hipoksia dan hiperkapnea.
Bronkhitis Kronik terjadi secara bertahap.
Pada merokok dengan usia :
-         23-35 tahun     kemampuan kerja paru berat
-         35-45 tahun     batuk produktif
-         45-55 tahun     sesak nafas, hipoksemia dan perubahan pada spirometri
-         55-56 tahun     gagal nafas         kematian
a.        Gejala Awal
Batuk produktif saat bangun tidur
Biasanya dianggap acuh oleh para perokok, karena dianggap batuk karena merokok.
Sesak nafas


b.       Gejala Berikutnya
-         Kelemahan fisik yang jelas
-         Sesak nafas
-         Nafas pendek dan penggunaan otot-otot aksesorius saat bernafas
-         Sianosis
-         Edema kaki, pelebaran vena leher (blue bloater)
-         Kesadaran menurun, tremor, hipoksemia hiper kapuca.

F.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan produksi secret
2.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan ddengan kerusakan alveoli
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
4.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubumgan penumpukan sekret.

G.    INTERVENSI

1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan produksi secret
¯  Kriteria Hasil :
-  Menunjukan batuk efektif dan meningkatkan pertukaran gas pada paru-paru.
-  Menyebutkan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
¯  Pengkajian Fokus
-        Kemampuan untuk mempertahankan posisi tegak
-        Batuk (produktif, nyeri, efektif)
-        Sputum (warna, karakter, jumlah, bau)
¯  Intervensi:
1.      Ajarkan klien tentang metode yang tepat tentang pengontrolan batuk :
a. Nafas dalam dan perlahan saat duduk setengah mungkir.
b.Lakukan pernafasan diafragma
c. Tahan nafas 3-5 detik kemudian secara perlahan keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. (Sangkar iga bawah dan abdomen harus turun)
d.                        Lakukan nafas kedua,tahan dan batukan dari dada (bukan dari belakang mulut / tenggorokan) dengan melakukan dua batuk pendek dan kuat.
2.      Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
a.       Mempertahankan hidrasi yang adekuat meningkatkan masukan cairan 2 sampai 3 Quart / hari bila bukan kontrain dikasi karena penurunan curah jantung / penyakit ginjal
b.      Pertahankan kelembaban adekuat udara yang dihirup.
3.      Ajarkan klien tentang metode yang tepat tentang pengontrolan batuk :
a.       Nafas dalam dan perlahan saat duduk setengah mungkir.
b.      Lakukan pernafasan diafragma
c.       Tahan nafas 3-5 detik kemudian secara perlahan keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. (Sangkar iga bawah dan abdomen harus turun)
d.      Lakukan nafas kedua,tahan dan batukan dari dada (bukan dari belakang mulut / tenggorokan) dengan melakukan dua batuk pendek dan kuat.
4.      Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
a.       Mempertahankan hidrasi yang adekuat meningkatkan masukan cairan 2 sampai 3 Quart / hari bila bukan kontrain dikasi karena penurunan curah jantung / penyakit ginjal
b.      Pertahankan kelembaban adekuat udara yang dihirup.

2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  b. d anoreksia
Tujuan perawatan: pasien menunjukkan nutrisi adekuat
Intervensi:
a.       Berikan perawatan oral sesering mungkin, buang sekret, berikan tempat khusus untuk sekali pakai dan tisu.
b.      Auskultasi bunyi usus.
c.       Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan.  Berikan porsi kecil tapi sering.
d.      Hindari makanan penghasil gas dan minuman berkarbonat.
e.       Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin.
f.       Timbang berat badan sesuai indikasi.

3.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret
Tujuan perawatan
a.       Klien menyatakan pemahaman penyebab
b.      Klien dapta mengidentifikasi intervensi untuk mencegah  resiko infeksi
c.       Menunjukkan tekhnik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Intervensi:
a.       Awasi suhu
b.      Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering dan masukkan cairan adekuat
c.       Observasi warna, karakter, bau sputum.
d.      Tekankan cuci tangan yang benar
e.       Awasi pengunjung, berikan masker sesuai indikasi

4.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan ddengan kerusakan alveoli
Tujuan :
a.       Klien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jarinhgan adekuat dalam GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasn
b.      Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan
Intervensi :
a.       Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan
b.      Catat penggunaan otot asesori, nafas bibir, ketidakmampuan berbicara
c.       Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas
d.      Kaji secara rutin warna dan kulit membran mukosa
e.       Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan atau bunyi tambahan.

Tidak ada komentar: